Beranda | Artikel
Semua Kebahagiaan Kembali Kepada Ilmu
Kamis, 24 Desember 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Semua Kebahagiaan Kembali Kepada Ilmu adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 11 Rabbi’ul Tsani 1442 H / 26 November 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Semua Kebahagiaan Kembali Kepada Ilmu

Kita memasuki tentang pembahasan segi ke-72 tentang keutamaan ilmu, kebahagiaan itu semuanya kembali kepada ilmu.

Macam-macam kebahagiaan yang diinginkan oleh jiwa manusia itu ada tiga. Ketiganya ini semua kemuliaannya kembali kepada ilmu.

1. Kebahagiaan yang ada di luar diri manusia

Ini adalah keindahan/kemuliaan yang dipinjam dari selainnya yang kebahagiaan atau keindahan itu akan hilang dengan dikembalikannya pinjaman tersebut. Ini adalah hal yang dianggap mulia oleh manusia padahal hakikatnya seperti ini. Dan masih saja manusia berusaha mengejarnya karena kebodohannya.

Ini adalah kebahagiaan dengan harta dan kedudukan.

Bayangkan, kebahagiaan dengan harta itu tidak menempel di tubuh manusia, tidak melekat pada diri mereka. Tapi orang merasa bangga. Sebentar lagi hilang harta tersebut, jatuh dia dari kedudukannya, berakhir sudah kebahagiaan atau kebanggaannya.

Ketika seseorang sedang merasa bahagia dengan hal ini, diperhatikan oleh orang-orang karena harta yang dimilikinya, dipandang dengan kagum karena perhiasan yang dimilikinya, maka ketika perhiasan dan hartanya telah hilang, tiba-tiba satu hari dia menjadi orang yang paling hina, orang yang paling rendah.

Kebahagiaan seperti ini gambarannya seperti orang yang dia tidak punya rambut tapi dia bangga dengan rambut yang dimiliki oleh sepupunya. Dan keindahan dengan hal ini seperti keindahan yang dirasakan oleh seseorang dengan pakaian dan perhiasannya. Padahal kalau kamu telah melewati pakaiannya, tidak ada sama sekali keindahan yang tersisa.

Ini perumpamaan jenis kebahagiaan yang dianggap keindahan oleh sebagian manusia padahal hakekatnya seperti itu.

Juga seperti seorang anak kecil yang dia merasa gembira dan bahagia ketika meminjam mainan temannya. Maka dia akan berkeliling ke rumahnya, keliling ke tetangganya membawa mainan tersebut. Begitu temannya kemudian pulang dan mengambil mainan tersebut, anak ini menangis sejadi-jadinya. Hal ini karena kebahagiaan hanya kebahagiaan pinjaman, tidak menempel pada dirinya.

Oleh karena itu ini adalah kebahagiaan atau kebanggaan manusia yang paling jauh dari hakikat dirinya.

2. Kebahagiaan atau keindahan pada tubuh dan fisik manusia

Kebahagiaan ini contohnya seperti seseorang bahagia karena kesehatannya, kekuatannya, keindahan posturnya, warna kulitnya, kekuatan anggota badannya.

Kebahagiaan ini lebih menempel pada diri manusia dibandingkan dengan kebahagiaan yang pertama. Bagaimanapun ini benar-benar ada pada diri manusia. Akan tetapi pada hakekatnya kebahagiaan ini masih di luar dari dzat dan hakekat diri manusia. Karena manusia itu dikatakan sebagai manusia dengan ruh dan hatinya, bukan dengan tubuh dan fisiknya.

Seseorang itu dinilai sebagai mayat kalau sudah hilang ruhnya, meskipun masih ada jasadnya. Tidak ada seorangpun yang mau betah berlama-lama dengan seseorang yang sudah kehilangan nyawa. Meskipun fisiknya sangat indah, pasti akan segera dimandikan, dikafani kemudian dikuburkan. Ini menunjukkan manusia dikatakan manusia dengan ruh dan hatinya, bukan sekedar dengan fisiknya atau tubuhnya.

Pernyataan seorang penyair Arab berkata:

يا خادم الجسم كم تشقى بخدمته *** فانت بالروح لا بالجسم إنسان

“Wahai orang yang sibuk mengurusi fisiknya, berapa banyak kesusahan dengan melayani fisikmu? Padahal engkau disebut dengan manusia dengan ruh, bukan dengan fisikmu.”

Ini pernyataan dari penyair Arab yang menggambarkan kepada kita tentang hakikat diri manusia.

Maka perbandingannya kebahagiaan ini pada ruh dan hati manusia adalah seperti perbandingan pakaian yang dipakai pada badan manusia. Jadi jasad manusia ini hanyalah menutupi ruh yang merupakan hakekat diri manusia. Karena sesungguhnya badan manusia itu juga pada hakekatnya adalah pinjaman bagi ruh/jiwa manusia. Merupakan salah satu alatnya bahkan tunggangan dari tunggangan-tunggangannya.

Oleh karena itu kebahagiaan dengan kesehatan dan keindahan fisik ini seperti masih merupakan kebahagiaan di luar dari dzat dan hakekat diri manusia. Ini bukanlah merupakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Makanya di dalam Al-Qur’an ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang munafik, Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan secara fisik mereka itu bisa jadi mengagungkan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ …

Kalau kamu melihat mereka (orang-orang munafik), kamu akan kagum dengan melihat fisik mereka. Kalau mereka berkata, maka kamu akan dengarkan ucapannya (karena kata-katanya indah).” (QS. Al-Munafiqun[63]: 4)

Ini tidak menunjukkan kebaikan dalam diri mereka, hanya sekadar fisiknya indah, kata-katanya manis, ini tidak menunjukkan kebaikan. Oleh karena itu Allah melanjutkan setelahnya:

كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ

“Seolah-olah mereka itu hanya sebatang kayu yang disandarkan,” yakni dia sebenarnya lemah, hanya bersandar kepada sesuatu, tidak punya kebaikan atau kekuatan pada pada dirinya.

Tubuh atau fisik manusia hanya merupakan pembungkus dari jiwanya atau hatinya yang inilah merupakan hakikat hidup manusia yang sesungguhnya. Oleh karena itu orang yang ketika hatinya tidak diisi dengan kebaikan, itu pada hakekatnya dia adalah orang mati yang berjalan. Hatinya telah dikuburkan pada tubuhnya sebelum nanti tubuhnya masuk ke dalam kubur di dalam tanah.

وَفي الجَهلِ قَبلَ المَوتِ مَوتٌ لِأَهلِهِ. وَأَجسادُهُم قَبلَ القُبورِ قُبورُ

“Ketidakpahaman terhadap ilmu menjadikan orang tersebut sebelum mati telah mati di hadapan Allah. Dan tubuh-tubuh mereka telah menjadi kuburan bagi hatinya sebelum nanti tubuh ini masuk ke dalam kuburan yang sesungguhnya.”

Inilah hakekatnya orang yang merasa bahagia dengan keindahan fisiknya semata-mata kalau tidak diisi keindahan pada batin dan hatinya.

3. Kebahagiaan hakiki

Kebahagiaan hakiki yaitu kebahagiaan jiwa, hati dan ruh manusia. Yaitu kebahagiaan dengan ilmu yang bermanfaat dan buahnya (amalan shalih). Inilah kebahagiaan yang akan terus menyertai seorang hamba dalam semua keadaannya.

Ketika dia bahagia, dia tetap bahagia dengan ilmunya, ketika dia susah atau kekurangan dalam urusan hartanya bahkan ketika mendapatkan musibah saja, tetap dia akan mendapatkan kebahagiaan dan kemuliaan dengan ilmunya. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang orang yang beriman yang selalu bahagia hidupnya dalam semua keadaan:

وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ

“Tidak ada seorangpun yang bisa merasakan hal itu kecuali orang yang beriman saja.”

Ini kebahagiaan yang selalu menyertai diri manusia. Orang yang ingin bahagia dalam semua keadaannya, maka milikilah kebahagiaan yang hakiki ini, yaitu kebahagiaan dari dalam jiwa. Kebahagiaan yang selalu menyertai hamba dalam semua perjalanannya. Di tiga tempat yang akan dilaluinya, yaitu di alam dunia, alam barzakh dan di alam akhirat nanti.

Dengan inilah seorang hamba akan meniti tangga-tangga kemuliaan dan menapaki tingkatan-tingkatan kesempurnaan.

Oleh karena itu ini adalah motivasi besar bagi seorang penuntut ilmu, seorang yang diberi taufik oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengenal petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah membukakan di hadapan mereka kesempatan untuk meraih kebahagiaan yang hakiki yang benar-benar akan mendatangkan kebaikan dalam hidup manusia bahkan dalam semua perjalanannya. Apakah ketika mereka berada di alam dunia, berada di alam kubur, di alam barzakh nanti dan ketika berada di negeri tempat menetap di akhirat nanti.

Bagaimana penjelasan selanjutnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian Tentang Semua Kebahagiaan Kembali Kepada Ilmu

Download mp3 kajian yang lain di mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49560-semua-kebahagiaan-kembali-kepada-ilmu/